Tuesday, January 14, 2020

Sejarah Dr. Ir. Soekarno Dan Dr. Mohammad Hatta

Sejarah Pahlawan Perjuangan Indonesia Dr. Ir. Soekarno Dan Dr. Mohammad Hatta
Pahlawan Perjuangan Indonesia Dr. Ir. Soekarno,Pahlawan Prolamator Ir. Soekarno, proklamator dan Presiden pertama RI dilahirkan di Surabaya pada tanggal 6 Juni tahun 1901. Setamat Hogere Burgerschool (HBS atau SMP dan SMA), Ia melanjutkan pendidikannya di Technische Hoge School (THS) di Bandung. Pada tahun 1925 beliau menamatkan pendidikannya dan memperoleh gelar Insinyur. Tesis Soekarno tentang konstruksi pelabuhan dan jalanan air ditambah dengan teorinya tentang perencanaan kota memiliki nilai penemuan dan keaslian yang begitu tinggi. Karena prestasinya itu, dia ditawari sebagai asisten dosen dari Profesor Wolf Schoemaker dan juga ditawarkan kepadanya pekerjaan di pemerintahan kota. Semuanya ditolak sebab ia berkeyakinan “pemuda sekarang harus merombak kebiasaan untuk menjadi pegawai kolonial segera setelah memperoleh gelarnya. Kalau tidak begitu, kami tidak akan merdeka selama-lamanya”.

Murid Dari H.O.S Cokroaminoto
Sejak duduk di HBS, dia sudah terlibat dalam pergerakan dengan mengikuti kegiatan dan ceramah H.O.S Cokroaminoto, pemimpin Sarekat Islam. Dalam buku otobiografinya Soekarno mengakui : “Pak Cok (H.O.S Cokroaminoto pen.)  adalah pujaanku. Aku muridnya secara sadar atau tidak sadar ia menggeblengku. Aku duduk dekat kakinya dan diberikannya kepadaku buku-bukunya, diberikannya kepadaku miliknya yang berharga”.

Pribadi Cokroaminoto sangat berpengaruh dalam diri Soekarno, karena bukan hanya dia pernah mondok (in de kost) di rumah tokoh S.I itu tetapi lebih-lebih lewat pandangan dan visi politiknya. Setelah beliau beberapa lama bekerja sebagai guru di Sekolah Kesatrian milik Dr. Setiabudi, pada tanggal 26 Juli tahun 1926 beliau mendirikan Biro Teknik dengan teman sekelasnya Ir. Anwari. Sebagai insinyur, dia sebetulnya dapat hidup kaya dan mapan tetapi perjuangan yang dipilihnya untuk mengajak seorang teman dan sterinya ke warung sekedar minum kopi tubruk kesukaannya dan makan peuyeum (tape), dia harus menjual sebuah artikelnya seharga Rp 2 .
Dari Pnjara Ke Penjara
Dengan dukungan enam orang temanya dari Algemene Studfeclub antara lain Mr. Iskaq Tjokrohadisurya, Dr. Tjipto Mangunkusumo, Mr. Budiarta dan Mr. Sunaryo. Pada tanggal 4 Juli 1927 beliau mendirikan Partai Nasional Indonesia (PNI). Tujuan partai itu adalah kemerdekaan Indonesia sepenuhnya. Karena kgiatan politik bersama dengan rekan-rkan seperjuangan, ia ditangkap dan ditahan di penjara Bantjeuj, di tengah kota Bandung. Setelah diadili, ia dijatuhi hukuman empat tahun penjara tetapi pada tanggal 31 Desember 1931 dibebaskan kembali. Pembebasan yang dipercepat itu terjadi karena protes keras dari berbagai pihak termasuk orang-orangBelanda sendiri. Direktur penjara Sukamiskin bertanya kepadanya apakah dia akan memulai “hidup baru”. Soekarno dengan tenang menjawab “Seorang pemimpin tidak berubah karena hukuman. Saya masuk penjara untuk memperjuangkan kemerdekaan republic indonesia dan saya meninggalkan penjara dengan pikiran yang sama”.

Ancaman penjara memang tidak membuatnya jera dan menurunkan semangat juangnya. Kegiatan politik dalam organisasi politik, pidato-pidatonya yang menggelegar, serta guratan penanya yang tajam menyebabkan tokoh ini ditangkap lagi pada tahun 1933. Soekarno selama beberapa bulan dikurung dalam sebuah sl khusus di penjara Sukamiskin. Sel khusus itu dibuat di tengah-tengah ruanganbesar yang telah di kosongkan. Di sebuah sel sempit dalam ruangan yang besar, ia seorang diri menjalani hukuman kurungan. Delapan bulan lamanya Soekarno hidup seperti seorang pertapa yang bisu. Setelah dikurung, dia dibuang ke Flores yang sering disebutnya sebagai “Pulau Bunga”. Di salah satu kampung nelayan di Kota Endetelah dipilih sebagai penjara terbuka baginya yang ditentukan oleh Gubernur Jenderal. Kampung itu mempunyai penduduk sebanyak lima ribu jiwa dengan keadaanya masih terbelakang. Di samping kekosongan kerja, kesepian dan ketiadaan kawan Soekarno juga menderita suasana tertekan yang hebat sekali. Flores baginya merupakan puncak penganiayaan pada awal pembuangan itu ditambah dengan penyakit malaria yang menjangkiti tubuhnya sampai ia tidak mampu bangkit dari tempat tidurnya. Berita tentang penyakit Soekarno itu menimbulkan banyak protes sehingga selama lima tahun mendekam di “Pulau Bunga” itu, pada bulan Februari 1938 dia dipindahkan ke Bengkulu. 

Sebagai seorang tokoh pergerakan, pembuangan dan penderitaan yang dialaminya tidak melumpuhkan daya juangnya. Pada waktu menghadapi berbagai kesulitan,dia selalu mengatakan pada dirinya sendiri: “Soekarno kesakitan yang kaurasakan sekarang hanyalah merupakan kerikil di jalan raya menuju kemerdekaan, Langkahilah dia kalau engkau jatuh karenanya, berdirilah engkau kembali dan terus berjalan”.Jepang yang menyerbu Sumatera pada tanggal 12 Februari tahun 1942 dankemudian menduduki seluruh kepulauan Nusantara membebaskan Soekarno dari hukuman pembuangan.
Puncak Perjuangan
Kedatangan Jepang membawa perubahan dalam mentalitas rakyat dalam mnghadapi penjajahan. Bangsa kulit putih yang sering dianggap lebih unggul akhirnya hanya merupakan “macan kertas yang dengan mudah ditundukkan Jepang. Kekejaman tentara Jepang juga makin menyadarkan rakyat akan pentingnya kemerdekaan yang harus diperjuangkan. Di samping itu, harapan akan kemerdekaan ditiupkan oleh tentara pendudukan. Selama pendudukan Jepang itu, Soekarno bersama Mohammad Hatta, Ki Hajar Dewantaramemimpin Pusat Tenaga Rakyat (PUTERA) yang dibentuk untuk moblisasi kekuatan rakyat. Bantuan rakyat itu sangat diperlukan oleh Jepang dalam menghadapi Perang Pasifik.

Setelah Jepang menyerah kepada sekutu, Soekarno bersama Hatta atas nama bangsa Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya. Ia diangkat sebagai Presiden RI pertama beerbagai krisis dan kesulitan dihadapinya seperti Pembentukan Republik Indonesia Serikat (RIS) sesudah Konferensi Meja Bundar (KMB), berbagai pergolakan daerah, dan Dekrit 5 Juli 1959 yang mmaksa Presiden untuk membubarkan parlemen hasil Pemilu 1955.Sampai akhir tahun 1950-an Soekarno merupakan figur yang mempersatukan berbagai kelompok dan aliran politik di bumi Indonesia Soekarno sebagai Presiden yang tidak memiliki basis kekuatan pada salah satu partai berupaya keras menjaga keseimbangan di antara kekuatan-kekuatan politik yang ada. Krisis yang diabaikan oleh Peristiwa G 30 S/PKI sangat memerosotkan kemampuannya sebagai penggalang kesatuan (solidarity maker) dengan progam Trikora (Tri Komando Rakyat) untuk membebaskan Irian Barat dan Dwikora (Dwi Komando Rakyat) untuk menggagalkan terbentuknya Federasi Malaysia dijalankan untuk mengembalikan reputasinya. Namun peristiwa G 30 S itu juga menjadi salah satu sebab tersingkirnya dari panggung politik nasional. Soekarno dengan semangat revolusinya tergeser digantikan oleh Kepemimpinan Angkatan Darat dengan konsep dwifungsi dan program pembangunan ekonominya. Soekarno wafat di RS Gatot Subroto pada tanggal 21 Juni 1970 ditunggui anak-anaknya setelah beberapa tahun menjalani tahanan rumah. Sebelum dimakamkan di Blitar banyak pelayat dari Mancanegara yang datang. Salah satu diantara tamu itu adalah Tengku Abdul Rahman Putera, mantan Perdana Menteri Malaysia, musuh bebuyutannya dalam politik Konfrontasi Tengku Abdul Rahman berujar: “seorang sahabat yang baik telah pergi”.
Dengan kepergiannya, orang diingatkan akan jasa-jasanya yang besar. Beliau diangkat sebagaiPahlawan Proklamasi pada tahun 1986.

Dr.Mohammad Hatta

Pahlawan Proklamator,Pada masa awal pendudukan Jepang, ada rencana mengirim Hatta yang dianggap anti Jepangbersama orang Jepang bernama Miyoshi, seorang juru bahasa, ke Bandung. Dalam perjalanan ke daerah Puncak, akan dibuat suatu tabrakan yang fatal bagi Hatta dan juru bahasa itu. Miyoshi yang sadar bahwa dirinya akan turut menjadi korban mengajukan satu usul kepada Mayor Jenderal Yamamoto, Direktur Urusan Umum Pemrintahan, agar dilakukan penyelidikan lebih dahulu terhadap Hatta. Untuk itu, Letnan Kolonel Murase, Kepala Urusan  Umum Kempetai mewawancarai Hatta dengan dihadiri Miyoshi,Murase bertanya apakah Hatta anti-Jepang. Hatta menjelaskan bahwa ia tidak anti-Jepang tetapi anti-imperialisme, termasuk imprialisme Jepang, seperti yang dipraktekkan Jepang pada tahun 1930 dalam menghadapi Cina.

Hatta pernah membicarakan persoalan imperalisme Jepang itu dengan Hayashi Kyujiro, penasihat sipil untuk pemerintahan Jepang, yang setuju bahwa dalam hal tertentu, perang Jepang bersifat imperialistis. Murase jelas tersinggung oleh pernyataan Hayashi, tetapi tidak bisa menyangkalnya di depan seorang Indonesia.Rencana pembunuhan itu diurungkan tetapi Hatta yang dilahirkan di Bukit Tinggi pada tanggal 12 Agustus 1902 itu masih harus mempelajari Nippon Seishin (Semangat Jepang) agar lebih memahami tujuan Jepang melancarkan perang. Murase terkesan terhadap Hatta yang dilukiskannya sebagai orang yang ‘dingin’ tetapi ’lurus’ dan ‘terus terang’.
Dimulai Sejak Menjadi Mahasiswa
Setelah lulus dari Prins Hendrik School (Sekoalah Dagang Belanda), ia memperoleh beasiswa untuk belajar di Handels Hogeschool (Sekolah Tinggi Dagang) di Rotterdam, Negeri Belanda. Di negeri itu, dia bertemu dengan rekan-rekannya dari Indonesia. Flat Subardjo yang lapang di kota Leiden merupakan tempat pertemuan yang disukai para mahasiswa Indonesia. Hatta sering tinggal di tempat itu pada liburan akhir pekan.Di dinding flat tergantung bendera merah putih dengan gambar banteng di tengah-tengahnya. Sebelum duduk, biasanya mahasiswa Indonesia diminta untuk berdiri dan mengheningkan cipta sebentar di depan bendera tersebut. Mereka selalu diingatkan harus lulus demi Indonesia.

Para mahasiswa itu tergabung dalam Penghimpunan Mahasiswa yang kemudian diganti pada tahun 1922 dengan nama Penghimpunan Indonesia (Indonesche Vereenigingg). Hatta diminta untuk menduduki jabatan sebagai bendahara dan Dewan Redaksi majalah kelompok itu yang bernama Indonesia Merdeka. Sebagai mahasiswa, kepribadian Hatta ditandai dengan disiplin diri yang kuat dan pandangan Islamnya yang puritan.Umumnya para anggota perhimpunan itu terpusat pada topik sosial dansa,pacar obrolan biasa dikalangan anak muda tetapi kalau Hatta memasuki ruangan, arah pembicaraan langsung berubah. Send gurau ringan beralih menjadi diskusi mendalam yang lebih bersifat akademik.

Hatta dalam suatu kesempatan pernah menyatakan mengenai sikapnya itu bahwa sementara mahasiswa Eropa dapat mencurahkan waktu mereka untuk “bersenang-senang”orang Indonesia harus mempersiapkan diri sendiri untuk memenuhi tugas membebaskan rakyatnya dari penderitaan dan kesengsaraan.
Pejuang Sejati
Hatta diangkat menjadi ketua Penghimpunan Indonesia pada tahun 1926 yang dipandang oleh pemerintah Belanda sebagai “kegiatan-kegiatan agitator di Belanda yang bisa menyebabkan pertentangan berdarah”. Karena kegiatan politik Pehimpunan Indonesia, Hatta bersama rekannya Nazir Datuk Pamuntjak, Ali Sastroamidjojo, dan Abdoel Madjid Djojodiningrat ditangkap pada tahun 1927. Mereka dihadapkan ke pengadilan pada tahun 1928 didampingi pembela mereka yang piawai Dr. J.E.W Duys, seorang anggota parlemen dari Partai Buruh Sosialis Belanda dan pengacara Keputusan pengadilan memutuskan bahwa para tokoh perhimpunan itu tidak terbukti bersalah dan harus dibebaskan. Kegiatan mahasiswa dalam gerakan mahasiswa itu sangat banyak menyita waktunya sehingga masa studynya yang direncanakan lima tahun berubah menjadi sebelas tahun. Namun demikian, dia tidak pernah menyesalinya.

Sekembalinya ke tanah air, Hatta pada tahun 1932 menggabungkan diri dengan PNI Baru. Sementara itu, Soekarno setelah keluar dari penjara menggabungkan diri dengan Partindo (Partai Indonesia). Kedua partai itu saling bersaing. Persaingan itu sering dianggap sebagai persaingan pribadi antara dua orang tokoh, Hatta dan Soekarno.

Hatta menegaskan bahwa perselisihan itu muncul karena Partindo menolak dasarkedaulatan rakyat yang telah menjadi “darah daging” anggota PNI. Partai-partai politik pada waktu itu saling bersaing karena adanya perbedaan persepsi dan strategi perjuangan, disamping masalah ideologi.Hatta bersama enam anggota PNI Baru karena aktivitas politiknya ditangkap dan pada bulan Januari 1935 diasingkan ke Boven Digul, Irian Barat. Laporan-laporan surat kabar kabar asing melukiskan tempat hukuman itu sebagai “kolam neraka di mana malaria dan demam berdarah pada saatnya akan memusnahkan kolonial itu”. Pada bulan November 1935 karena berbagai protes, pemerintah Belanda memerintahkan pemindahan Hatta dan Syahrir ke Banda Neira. Di tempat pembuangan baru itu, mereka bertemu dengan dr Tjipto Mangunkusumo dan Iwa Kusumasumantri. Pada tanggal 1 Februari 1942, Hatta dan Syahrir dengan memakai perawat amfibi Amerika, Catalina dipindahkan ke Jawa. Kira-kira sebulan kemudian, Belanda menyerah kalah dengan Jepang. Kekalahan Belanda itu menyebabkan Hatta bebas.
Soekarno- Hatta
Soekarno tiba di Jawa dari pembuangannya pada tanggal 9 Juli 1942. Ia dan keluarganya menginap di rumah Hatta. Hal itu menunjukkan bahwa isu yang telah memisahkan pada masa lampau dapat dikesampingkan. Syahrir bergabung dengan kedua orang itu dalam pembicaraan-pembicaraan awal mereka dukungan Hatta dan Syahrir mempertebal kepercayaan diri Soekarno. Pertemuan itu merupakan awal dari periode kemitraan politik yang membuat meraneka digelari Dwitunggal. Mas pendudukan Jepang tidak membuat hidup Hatta lebih mudah. Hal itu terbukti adanya usaha pembunuhan atas dirinya yang diurungkan dan berbagai tekanan politik yang harus dipikulnya.

Bersama Soekarno dan para tokoh lainnya, ia memimpin Kantor Pusat tenaga Rakyat.meskipun iamenunjukan sikap yang kooperatif terhadap tentara pendudukan, namun ia tetap menjalin hubungan dengan gerakan bawah tanah seperti Syahrir. Setelah Jepang menyerah kepada sekutu maka pada tanggal 17 Agustus 1945 Bung Hatta bersama Bung Karno atas nama Rakyat Indonesia memproklamasikan kemerdekaan Indonesia ia dipilih sebagai Wakil Presiden RI dan beberapa kali memimpin kabinet sebagai perdana menteri. Pada tahun 1949, Hatta memimpin delegasi Indonesia dalam Konperensi Meja Bundar di Den Haag,Negeri Belanda Hasil konferensi itu adalah pengakuan kedaulatan dari Pemerintah Belanda kepada Republik Indonesia.

Pencetus Koperasi Indonesia
Salah satu jasanya yang penting adalah rumusan dalam pasal 33 UUD 1945. Ia mengajukan pandangan mengenai pentingnya koperasi, baik sebagai konsep ekonomi maupun untuk membangun kekuatan golongan ekonomi lemah.
Hatta mengetahui bahwa pedagang dan petani Indonesia rentan terhadap konsorsium internasional dan sistem pasar dunia. Meskipun menentang individualisme, ia tidak pernah menyarankan agar individu tidak boleh memiliki hak untuk berdagang atau memiliki kekayaan pribadi.Penekanan dalam kebijakan ekonomi yang dirumuskannya itu merupakan perlindungan bagi anggota masyarakat yang lemah di dalam proses ekonomi.

Kemitraan dengan Soekarno menyatu dalam periedo perjuangan melawan kekuatan asing. Ketika tujuan kemerdekaan telah tercapai, konflik tentang bagimana Indonesia akan diatur muncul di antara mereka.Perpecahan kedua orang itu diperbesar oleh eksploatasi partai-partai politik yang terus mengadakan koalisi untuk membentuk kabinet.Perbedaan dalam masalah pembentukan kabinet dan masuknya PKI dalam kabinet serta visi tentang berbagai masalah pembangunan yang berbeda dengan Soekarno menyebabkan Hatta mengundurkan diri dari jabatan Wakil Presiden RI.

Meskipun sudah tidak aktif di tampuk pimpinan negara dan panggung politik tetapi Hatta tidak pernah absen dari permasalahan negaranya. Berbagai ceramahdan diskusi dengan generasi muda masih terus dilakukannya. Tokoh proklamator ini wafat pada tanggal 14 Maret 1980 di Jakarta. Jenazahnya dimakamkan di Pemakaman Umum Tanah Kusir Jakarta. Beliau diangkat sebagai Pahlawan Proklamasi pada tahun 1986.